Gangguan disosiatif mayor mencakup gangguan identitas disosiatif, amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan gangguan depersonalisasi. Dalam setiap kasus terdapat suatu gangguan atau disosiasi (perpecahan) pada fungsi-fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran yang dalam keadaan normal membuat diri kita menjadi satu kesatuan.
Amnesia Disosiatif
Amnesia disosiatif dipercaya sebagai tipe yang paling umum dari gangguan disosiatif. Amnesia diambil dari akar kata Yunani a-, berarti tanpa, dan mnasthai berarti untuk mengingat. Dalam amnesia disosiatif, sebelumnya disebut amnesia psikogenik, orang menjaadi tidak mampu menyebutkan kembali informasi pribadi yang penting, biasanya melibatkan pengalaman yang traumatis atau penuh tekanan, dalam bentuk yang tidak dianggap sebagai lupa biasa. Kehilangan ingatan ini juga tidak disebabkan oleh penyebab organis tertentu, seperti kerusakan pada otak atau kondisi medis tertentu, bukan pula efek langsung dari obat-obatan atau alcohol. Tidak seperti bentuk progresif dari hendaya ingatan, ingatan yang hilang dalam amnesia disosiatif dapat kembali, meski gangguan ini bias berlangsung selama beberapa hari, minggu, atau bahkan tahun. Mengingat kembali dalam amnesia disosiatif dapat terjadi secara bertahap tetapi sering kali muncul secara tiba-tiba dapat mengingat pengalamannya setelah dipindahkan ke rumah sakit yang jauh dari medan perang.
Amnesia bukanlah lupa yang biasa, seperti lupa nama seseorang atau dimana anda meletakkan kunci mobil. Kehilangan ingatan dalam amnesia bersifat lebih ekstrem atau luas secukupnya. Kebanyakan kasus dari amnesia disosiatif mengambil bentuk amnesia terlokalisasi dimana peristiwa yang terjadi dalam suatu periode waktu tertentu hilang dari ingatan. Bentuk lain dari amnesia disosiatif mencakup amnesia selektif dan amnesia menyeluruh. Dalam amnesia selektif, orang lupa hanya pada hal-hal khusus yang mengganggu yang terdapat dalam suatu periode waktu tertentu. Seseorang dapat mengingat periode hidup dimana ia melakukan perselingkuhan dalam pernikahannya, tapi justru tidak ingat peristiwa perselingkuhan yang membuat ia merasa bersalah tersebut. Seorang tentara dapat mengingat hamper seluruh pertempuran, tapi bukan kematian dari sahabatnya. Dalam amnesia menyeluruh, orang melupakan seluruh kehidupannya siapa dirinya, apa pekerjaannya, dimana tempat tinggalnya, dengan siapa ia tinggal. Bentuk amnesia ini sangat jarang terjadi, meski anda tidak akan mengira begitu bila anda menonton opera-opera sabun di siang hari.
Fugue Disosiatif
Fugue berasal dari bahasa latin fugure, yang berarti “melarikan diri”. Kata fugitive (pelarian/buronan) memiliki asal kata yang sama. Fugue sama seperti amnesia “dalam pelarian”. Dalam fugue disosiatif sebelumnya disebut fugue psikogenik, si penderita melakukan perjalanan secara tiba-tiba dan tanpa diduga sebelumnya dari rumah atau tempat kerjanya, ia tidak mampu mengingat kembali informasi personal yang sudah-sudah, dan menjadi bingung akan identitasnya atau mengasumsikan identitas yang baru. Bila orang dengan amnesia tampak berjalan-jalan tanpa tujuan, orang dalam fugue bertindak lebih bertujuan.
Gangguan Depersonalisasi
Depersonalisasi mencakup kehilangan atau perubahan temporer dalam perasaan yang biasa mengenai realitas diri sendiri. Dalam suatu depersonalisasi, orang merasa terpisah dari dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Mereka mungkin merasa seperti sedang bermimpi atau bertingkah laku seperti robot.
Derealisasi adalah suatu perasaa tidak nyata mengenai dunia luar yang mencakup perubahan yang aneh dalam persepsi mengenai lingkungan sekitar, atau dalam perasaan mengenai periode waktu juga dapat muncul. Orang dengan objek dapat tampak berubah ukuran atau bentuk dan dapat pula mengeluarkan suara yang berbeda. Semua perasaan ini dapat diasosiasikan dengan kecemasan termasuk pusing dan ketakutan akan menjadi gila, atau dengan depresi.
Gangguan Somatoform
Kata somatoform diambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti tubuh. Dalam gangguan somotoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik namun tidak ada abnormalitas organic yang dapat dipercaya, bahwa simtom tersebut merefleksikan factor atau konflik psikologis. Beberapa orang mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis system saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Ganguan somatoform berbeda dengan malingering atau kepura-puraan simtom yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang jelas. Gangguan tersebut juga berbeda dengan gangguan factitious yang bentuk paling umumnya adalah sindrom Munchausen. Munchausen adalah suatu bentuk penyakit yang dibuat-buat dimana orang tersebut berpura-pura sakit atau membuat dirinya sendiri sakit.
Ø Gangguan Konversi
Gangguan konversi dicirikan oleh suatu perubahan besar dalam fungsi fisik atau hilangnya fungsi fisik meski tidak ada temuan medis yang dapat ditemukan sebagai penyebab simtom atau kemunduran fisik tersebut. Simtom fisik itu biasanya timbul tiba-tiba dalam situasi yang penuh tekanan. Gangguan konversi dinamakan demikian karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energy seksual atau agresif yang direpresikan ke simtom fisik. Gangguan konversi sebelumnya disebut neurosis histerikal atau hysteria dan memainkan peranan penting dalam perkembangan psikoanalisis Freud. Gangguan historical atau konversi sepertinya lebih umum terjadi di masa Freud daripada saat ini, yang relative jarang.
Ø Hipokondriasis
Cirri utamanya adalah focus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang dialami sseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar. Orang dengan hipokondriasis tidak secara sadar berpura-pura akan simtom fisiknya. Mereka umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, sering kali melibatkan system pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri. Orang dengan hipokondriasis menjadi sangat sensitive terhadap perubahan ringan dalam sensasi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit rasa nyeri. Padahal kecemasan akan simtom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik tersendiri misalnya keringat berlebihan dan pusing bahkan pingsan.
1. Orang tersebut terpaku pada ketakutan memiliki penyakit serius atau pada keyakinan bahwa dirinya memiliki penyakit serius. Oang tersebut menginterpretasikan sensasi tubuh atau tanda-tanda fisik sebagai bukti dari penyakit fisiknya.
2. Ketakutan terhadap suatu penyakit fisik, atau keyakinan memiliki suatu penyakit fisik, yang tetap ada meski telah diyakinkan secara medis.
3. Keterpakuan tidak pada intensitas khayalan (orang itu mengenali kemungkinan bahwa keyakinan dan ketakutan ini terlalu dibesar-besarkan atau tidak mendasar) dan tidak terbatas pada kekhawatiran akan penampilan.
4. Keterpakuan menyebabkan distress emosional yang sif=gifikan atau mengganggu satu atau lebih yang penting, seperti fungsi social atau pekerjaan.
5. Gangguan telah bertahan selama 6 bulan atau lebih.
6. Keterpakuan tidak muncul secara eksklusif gangguan mental lainnya.
Ø Gangguan Dismorfik Tubuh
Orang dengan gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder/BDD) terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka. Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, bahkan menjalani operasi plastic yang tidak dibutuhkan.
Ø Gangguan Somatisasi
Gangguan somatisasi sebelumnya dikenal sebagai sindrom Briquet, dicirikan dengan keluhan somatic yang beragam dan berulang yang bemula sebelum usia 30 tahun, bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat antara menuntut perhatian medis atau mengalami yang berarti dalam memenuhi peran social atau pekerjaan. Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup system-sistem organ yang berbeda. Orang dengan gangguan somatisasi adalah orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan ke dokter. Gangguan ini biasanya bermula pada masa remaja atau dewasa muda dan tampaknya merupakan gangguan yang kronis atau bahkan yang berlangsung sepanjang hidup.
Ø Sindrom Koro dan Dhat
Sindrom koro adalah sebuah sindrom yang terkait dengan budaya yang ditemukan terutama di Cina dan sejumlah Negara Timur Jauh lainnya. Orang dengan sindrom koro takut alat genital mereka mengecil dan masuk ke dalam tubuh yang mereka percaya akan menyebabkan kematian. Sindrom koro dianggap sebagai suatu sindrom terkait busaya, meski sejumlah kasus telah dilaporkan di luar Cina dan Timur Jauh. Sindrom didefinisikan terutama pada pria muda, meski beberapa kasus juga dilaporkan pada wanita. Sindrom koro cenderung hanya muncul sebentar dan melibatkan episode kecemasan akut bahwa alat genital mereka masuk ke dalam. Tanda-tanda fisiologis kecemasan yang mendekati proporsi panic umum terjadi, mencakup keringat yang berlebihan, tidak dapat bernafas, dan jantung berdebar-debar.
Sindrom Dhat
Sindrom dhat ditemukan di antara laki-laki muda Asia India dan melibatkan ketakutan yang berlebihan akan kehilangan air mani saat buang air dimalam hari. Beberapa pria dengan sindrom ini percaya juga percaya bahwa air mani bercampur dengan urine dan dikeluarkan saat buang air kecil. Pria dengan sindrom dhat akan berkeliling dari satu dokter ke dokter lainnya mencari bantuan untuk mencegah pembuangan di malam hari atau hilangnya air mani (yang dibayangkan) yang bercampur dengan urine yang dibuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar